Pelajaran hidup memang bisa didapat darimana saja, tak
terkecuali didalam sebuah novel. Iyaaaa dan kali ini saya akan
memberikan review dari novel Moga Bunda Disayang Allah ciptaan salah
satu penulis laris di Indonesia, Tere-Liye.
Baru-baru inipun novel ini dibuat film nya oleh sutradara Indenesia Jose
Poernomo. Terlepas dari banyak pro dan kontra yang ada di masyarakat
tentang penggarapan film ini, saya saat ini lebih tertarik untuk
mengulas bahwa sebenarnya banyak makna yang bisa digali dari novel ini.
Jika kita melihat trailer film ini, maka pertama kali kalian akan disuguhkan dengan narasi yang cukup “menggelitik” di telinga. Narasi yang disampaikan serasa pernah dialami dikehidupan nyata, khususnya bagi kita yang sering berkeluh-kesah pada Tuhan.
Jika kita melihat trailer film ini, maka pertama kali kalian akan disuguhkan dengan narasi yang cukup “menggelitik” di telinga. Narasi yang disampaikan serasa pernah dialami dikehidupan nyata, khususnya bagi kita yang sering berkeluh-kesah pada Tuhan.
“Apakah harapan itu ada? jika iya, terlalu muluk-kah kami mengharapkannya?. Dan demi Allah, apakah hidup itu adil?, dimanakah letak keadilannya?”Isi dari novel secara keseluruhan memang dibuat sama dengan filmnya, hanya saja di film nya ada beberapa kejadian yang tidak dijelaskan, namun tetap tidak mengurangi estetika dari cerita itu sendiri.
Novel karya Tere Liye ini memang memiliki cerita yang sangat sederhana, namun sekali lagi memiliki makna yang sangat mendalam jika “diresapi”. Bercerita tentang kisah seorang anak perempuan bernama Melati yang bisu, tuli, dan buta. yang berusaha untuk kembali mengenal orang tua, khususnya bunda dan Tuhannya, setelah sekian lama hidup dalam kegelapan dan kesunyian dunia. Awalnya Melati adalah anak yang normal seperti anak-anak lainnya, namun saat ia tengah berlibur di pantai bersama orang tauanya, ia mengalami kecelakaan. Sejak saat itulah hidup Melati berubah menjadi suram 180derajad. Orang tua nya pun sudah melakukan berbagai macam pengobatan, demi menyembuhkan putri “semata wayangnya” itu, namun apa hendak dikata, Melati tak kunjung sembuh, bahkan tak ada perkembangan sedikitpun tentang kondisi Melati. Sampai diokter yang menanganinya pun menganggap Melati gila, tentu saja karna Melati sering berteriak-teriak, dan bahkan makan dengan tidak sewajarnya orang waras.
Singkat cerita, orang tua Melati meminta pertolongan oleh Karang. Seorang pemuda yang awalnya selalu membawa keceriaan anak-anak disekitarnya, dan sangat mencintai anak-anak. Namun semua berubah ketika Karang yang saat itu mengajak anak-anak sebanyak 18 orang untuk berwisata air, namun terjadi sebuah kecelakaan di laut. Karang pun tak berhasil menyelamatkan salah satu dari mereka, tak terkecuali Qintan. Dia adalah salah satu murud yang amat sangat dicintai oleh Karang. Dan kejadian inilah yang akhirnya membuat karang menjadi berubah 180 derajad.
Dalam kalimat ini dapat ditarik hikmahnya bukan?. Siapapun yang ingin keluar dari belenggu atau maslah hidup di dunia, bahkan tentang impian hidupnya, maka hanya dirinya sendirilah yang dapat mengubahnya. Tentu saja dengan segala upaya dan doa didalamnya yang dilakukan secara beriringan.Dalam novel ini benar-benar dijabarkan bagaimana perjuangan Melati untuk dapat sembuh dari penyakit yang membelenggunya saat itu. Bagaimana perjuangan Karang menjadi manusia baik kembali. Serta bagaimana perjuangan Bunda untuk memberikan semangat pada Melati.
“Keinginannya lah yang membuatnya bisa berlari! Aku hanya bercerita tentang banyak hal yang membuatnya mengerti tentang makna berusaha, proses belajar dan mimpi” yah dari kata-kata ini dapat ditarik kesimpulan kalau dengan usaha semua yang tak mungkin akan memeiliki kesempatan berubah menjadi mungkin, bukan?
Novel ini benar-benar mengisnpirasi saya
pribadi dan mungkin ribuan orang diluar sana yg telah membaca novel atau
menonton film nya.
Kata-kata super hebat yang ditulis
pengarang di dalam novel ini yang seolah “menampar” kita bagaimana
kebaikan Tuhan yang diberikan pada kita, yang terkadang kita acuhkan dan
tidak disadari:
“Terima Kasih, Ya Tuhan!Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilanmu dalam hidup. Karena mungkin kami terlalu bebal untuk mengerti, terlalu Bodoh!.Tapi kami tahu satu hal, malam ini kami meyakini satu hal, engkau sungguh bermurah hati. Engkau maha pemurah atas seluruh hidup dan kehidupan.”
Twitter: @dinaaoktaviana
No comments:
Post a Comment